Rabu, 20 April 2011

Budaya Salah Kaprah Hooliganisme di Indonesia


HOOLIGAN.Mungkin inilah sebuah kata yang saat ini sedang sangat populer dikalangan penikmat sepakbola Negeri ini. Nama Hooligan saat ini memang telah menjadi sebuah trend dikalangan supporter Indonesia layaknya Skinhead, Punk atau Mods. Contoh kecil, ratusan bahkan ribuan orang memakai nick name kata Hooligan ini pada akun jejaring sosial mereka. Belum lagi ratusan design tshirt/sweater/jacket yang menunjukan bahwa mereka si pemakai adalah seorang Hooligan Sepakbola sebuah tim di Indonesia. Dan masih banyak gejala sosial lainnya yang menunjukan Hooligan saat ini menjadi sebuah trend dikalangan para supporter di tanah air.
Tapi tahukah mereka apa arti sebenarnya dari kata Hooligan tersebut? Kata Hooligan sendiri tidak hanya berfungsi menjadi kata benda (noun) saja yang berarti pendukung fanatik tim Inggris. Dalam konteks yang lebih luas, Hooligan bisa pula berfungsi menjadi kata sifat (adjective), kata kerja (verb), dan kata keterangan (adverb). Semua kelompok kata tersebut mewakili perilaku, sifat, pekerjaan atau perbuatan, dan keterangan atau keadaan yang menggambarkan perilaku tidak sportif, tidak jantan, tidak mau mengakui dan menerima kekalahan, anarki, destruktif, serta fanatisme buta. Jadi, Hooligan bukan hanya ada dalam kamus persepakbolaan, melainkan juga dapat diadopsi dalam realitas yang lain, termasuk politik. Hooliganisme diartikan sebagai tindakan atau perilaku kekerasan dan destruktif. Istilah Hooliganisme sendiri sudah muncul sejak akhir abad ke 19 tepatnya pada 1898 di Inggris.
Hooligan sendiri mengandung artian fans sepakbola yang brutal ketika tim idolanya kalah bertanding. Hooligan merupakan stereotip supporter dari Negara Inggris, tetapi saat ini telah menjadi sebuah fenomena global. Sebagian besar dari para Hooligan ini merupakan para back-packer yang sangat berpengalaman dalam bepergian. Mereka sering menonton pertandingan yang sangat beresiko besar. Banyak dari mereka sering keluar masuk penjara karena sering terlibat bentrok fisik dengan supporter musuh maupun dengan pihak keamanan sebuah wilayah. Untuk mengantisipasi adanya kerusuhan, gaya berpakaian mereka pun sudah dipersiapkan dengan sangat matang untuk sebuah perkelahian. Mereka sangat jarang menggunakan pakaian yang sama dengan tim idolanya, dan memilih berpakaian asal-asalan agar tidak terdeksi oleh pihak keamanan dan pendukung musuh. Para Hooligan ini biasanya tidak duduk dalam satu tempat bersama-sama, tetapi berpencar-pencar. Dan satu yang pasti tujuan utama para Hooligan ini hadir dalam sebuah pertandingan yaitu ingin membuat sebuah keributan, dan menonton sebuah pertandingan menjadi tujuan mereka selanjutnya.
Lalu apakah keadaan ini sejalan dengan tingkah laku para supporter di Negeri ini? Jawabannya sudah pasti sangat jauh sekali. Dalam kamus para Hooligan, kehadiran mereka di arena pertandingan mungkin hanya menyanyikan dan mengumandangkan chants-chants tim kebangsaan mereka dan tidak pernah mengenal dengan yang nama nya tetabuhan tambur dan tari-tari an di dalam stadion layaknya supporter di Indonesia. Selain itu pun para Hooligan tidak mengenal dengan yang namanya flair berwarna dan berasap tebal atau beraneka ragam petasan yang selama ini sering terlihat dan menjadi ciri khas stadion-stadion di Indonesia (karena hal ini merupakan ciri khas para Ultras).
Sangat disayangkan Hooligan di Indonesia saat ini lebih diartikan menjadi sebuah trend bahkan fashion, karena namanya yang sangat keren dan kebarat-baratan. Mereka cenderung menjadi seorang fashion victim/poser, yang memakai sesuatu tanpa tau maksud dan tujuan dibalik pakaian/atribut yang mereka gunakan. Memakai tshirt dengan kata-kata yang super menakutkan dan menunjukan seorang Hooligan sejati, tetapi untuk melakoni laga away saja harus berfikir berpuluh-puluh kali karena kota A dan B bukan bagian dari teman kelompok mereka. Apakah seperti ini layak menyandang ‘gelar’ seorang Hooligan? Inilah budaya salah kaprah yang terjadi dikalangan para pecinta sepakbola tanah air selama ini. Kenapa kita tidak percaya diri untuk memakai dan mengembangkan culture kita sendiri yang sudah turun menurun dan cenderung bangga memakai culture luar. Sudah saat nya kita semua kembali pada culture budaya kita sebagai orang timur, termasuk dalam hal menjadi seorang supporter sepakbola. Mengapa harus bangga menggunakan kata-kata Hooligan, Ultras, atau sejuta kata keren lainnya yang jelas-jelas bukan milik kita. Perkenalkan budaya kita pada dunia bukan kita yang menjadi korban budaya dunia.

Senin, 18 April 2011

hooliganisme di indonesia

Hooliganisme dalam sepakbola telah menjadi masalah tersendiri dalam sepakbola Indonesia, LSI sebagai ajang tertinggi kompetisi sepakbola nasional seringkali tidak mampu mengantisipasi kerusuhan dalam beberapa perhelatannya. Dalam konteks Hooliganisme, fenomena yang terjadi di kita mengacu pada tipikal hooliganisme yang pertama, dimana aksi kerusuhan terjadi secara spontan yang seringkali diakibatkan oleh buruknya kinerja wasit, panpel dan pihak keamanan. “firms” terorganisir belum menjadi bagian dari budaya sepakbola kita, hampir tidak ada aksi kerusuhan yang direncanakan. Peranan media massa lokal dalam mengembangkan hooliganisme di Indonesia pun tidak begitu terasa, pemberitaan lebih fokus terhadap klub sepak bola dan kehidupan para pemainnya.
Jadi, mulai kini hentikanlah perdebatan hooligan sebagai gaya dalam mendukung sepakbola, seperti halnya Ultras, Tifosi, Firms, Casuals, Hooligan, bukanlah sesuatu yang “cool” saat tersablon rapih di kaos saat kita berada di tribun pertandingan sepakbola ataupun menjadi nama keren di jejaring sosial facebook, sama sekali bukan itu kawan, hooligan adalah perilaku menyimpang dari supporter sepakbola (dalam konteks sepakbola), sama sekali tidak ada hubungannya dengan fesyen skinhead, hard mods, casuals ataupun fesyen beraroma “england” lainnya di tribun sepakbola.

List Ultras dan Hooligan Sepakbola di Seluruh Dunia

List Ultras dan Hooligans Sepakbola di Seluruh Dunia yang terkenal militan dan keras dalam membela klub sepakbola yang mereka banggakan.
Untuk sementara baru ultras yang berasal dari Eropa yang baru dapat share-kan kepada para penggila sepakbola.

================================================== =======================
Denmark
AAB – Aalborg Frontline, Aalborg Casual Youth, Boys Republic
AGF – White Pride
Brøndby IF – Blue Front, Southside United, Suburban Casuals, Suburban Baby Crew Copenhagen – Copenhagen Casuals, Copenhagen Casuals Youth Division, CC Young Boys, Squad 92
HIK – Hellerup Hooligans
Lyngby – Blue Army
Næstved BK – Green City Casuals – Odense Casuals
================================================== =======================

England
Aldershot Town. – A-Company
Arsenal F.C. – Gooners, The Herd
Aston Villa F.C. – Villa Youth, Steamers, Villa Hardcore, C-Crew
Barnet. – BUGS (Barnet Urban Gorillas)
Barnsley – Five 0
Birmingham City F.C. – Zulus
Blackpool F.C. – The Muckers, BTS (Blackpool Tangerine Service)
Bolton Wanderers – cuckoo youth squad and bolton service youth
Bradford City A.F.C. – The Ointment
Brighton and Hove Albion. – Headhunters
Bristol City F.C. – CSF City Service Firm
Bristol Rovers. – Gas Hit Squad
Burnley F.C. – Suicide Squad
Cardiff City – Soul Crew
Carlisle United – Border City Firm
Chelsea F.C. – Headhunters
Chester City. – 1 2 5's
Coventry City – Legion
Crystal Palace – Dirty 30
Derby County F.C. – Derby Lunatic Fringe
Everton F.C. – County Road Cutters
Exeter – Sly Crew
Fulham. – Thames Valley Travellers
Hereford United. – ICF (Inter-City Firm)
Huddersfield Town. – HYC (Huddersfield Young Casuals)
Hull City F.C. – Hull City Psychos, The Minority
Leeds United A.F.C. – Leeds United Service Crew
Leicester City – Baby Squad
Lincoln City F.C – Lincoln Transit Elite
Liverpool F.C. – The Urchins
Luton Town F.C. – The MIGs
Manchester City F.C. – Guvnors, Maine Line Service Crew
Manchester United F.C. – The Red Army, Inter-City Jibbers, Cockney Reds
Middlesbrough F.C. – The Frontline
Millwall F.C. – Bushwackers, The Treatment
Newcastle United F.C. – The Gremlins
Northampton Town – Northampton Affray Team
Norwich City NHS – (Norwich Hit Squad)
Nottingham Forest F.C. – Forest Executive Crew
Oldham Athletic – Fine Young Casuals
Oxford United. – Warlords
Peterborough United. – PTC (Peterborough Terrace Crew)
Plymouth Argyle – The Central Element
Portsmouth F.C. – 6.57 Crew
Port Vale – Lunatic Fringe
Preston North End F.C. – Preston Para Squad
Reading. – Berkshire Boot Boys
Rotherham United. – Rotherham Casuals, SECTION 5
Sheffield United F.C. – Blades Business Crew
Sheffield Wednesday F.C. – Owls Crime Squad
Shrewsbury Town – EBF English Border Front
Southampton. – Inside Crew, The Uglies, Surburban Casuals
Southend – CS Crew
Stockport County – CSY
Stoke City F.C. – Naughty Forty, U 5's Boys Nutters
Swansea City – Jacks
Sunderland A.F.C. – Seaburn Casuals
Tottenham Hotspur F.C. – Yid Army, Yid Army Youth, Yiddos, N17s
Walsall F.C. – SYC Swift Young Casuals
West Bromwich Albion – Section Five
West Ham United F.C. – Inter City Firm
Wolverhampton Wanderers – Subway Army
Wrexham. – Frontline
York City. – YNS (York Nomad Society)
================================================== ======================

Belgium
Royal Sporting Club Anderlecht – Mauves Army
================================================== ======================

Bulgaria
Levski Sofia – Sofia West, South Division, Sini Voini
Loko Pl – Lauta Hools
Cska – Cherveni Putki
================================================== ======================

Croatia
Dinamo Zagreb – Bad Blue Boys
Hajduk Split – Torcida Split
================================================== ======================

Finland
HIFK – IFKs Yngre Grabbar
HJK – Sakilaiset
================================================== ======================

France
Paris Saint-Germain – Commando Pirate, Casual Firm, Indépendants
================================================== ======================

Germany
Eintracht Frankfurt – Adlerfront
Werder Bremen – Standarte Bremen
Borussia Mönchengladbach – Alte Kameradschaft MG, Frontline
================================================== ======================

Greece
Panathinaikos – Gate 13
================================================== ======================

Israel
Beitar Jerusalem – La Familia
================================================== ======================

Italy
Atalanta, Italy – Brigate Neroazzurre & Wild Kaos
Hellas Verona, Italy – Brigate Gialloblu
Inter Milan, Italy – Boys San
Roma – The Ultra’s
SS Lazio, Italy – Irriducibilli
================================================== ======================
Netherlands
AFC Ajax – F-side
FC Twente – Vak-P

================================================== ======================

Northern Ireland
Linfield – Section F
================================================== ======================

Norway
Aalesunds FK / SPK Rollon – Blue Army Aalesund / Blue Army Rollon
Fredrikstad FK – Brigade Rød Hvit (BRH)
Ham-Kam – Briskebys Beste Borgere (BBB)
I.K. Start – Christianssands Herreekvipasje (CHE)
Lillestrøm SK – Sportsklubbens fineste (SKF)
S.K. Brann – TjuaGutteneBergen (TGB)
Viking FK – Stavanger Yngre (SYC)
Vålerenga I.F. Fotball – Isko Boys, Enga Casuals, Enga Yngre (IB,EC,EY)
================================================== ======================

Poland
Cracovia Kraków – Jude Gang
Lech Poznan – Brygada Banici[64]; Young Freaks ’98
Górnik Zabrze – Torcida
Lechia Gdansk – Mlode Orly
Legia Warszawa – Teddy Boys 95
Pogon Szczecin – Terror Corps
Ruch Chorzów – Psycho Fans
Slask Wroclaw – Fighters
Widzew Lódz – Destroyers
Wisla Kraków – Sharks
GKS Katowice – Persona Non Grata
Zaglebie Sosnowiec – Zaglebie Sosnowiec Hooligans
================================================== ======================

Russia
CSKA Moscow – Red-Blue Warriors, Yaroslavka
Spartak Moscow – Gladiators Firm ’96, Union
Zenit Saint Petersburg – Music Hall
Lokomotiv Moscow – Red-Green Vikings, Trains Team, Mad Dobermans Firm, Steam Engines
================================================== ======================

Scotland
Aberdeen F.C. – Aberdeen Soccer Casuals
Airdrie United F.C. – Section B
Celtic F.C. – Celtic Soccer Crew
Dundee F.C. & Dundee United F.C. – The Utility
Falkirk – Falkirk Fear
Heart of Midlothian F.C. – Casual Soccer Firm
Hibernian F.C. – Capital City Service
Motherwell F.C. – Saturday Service
Montrose – Portland Bill Seaside Squad
Morton – Morton Soccer Crew (MSC)
Partick Thistle F.C – North Glasgow Express
Rangers F.C. – Inter City Firm
St Johnstone – Fair City Firm
St Mirren – Love Street Division
================================================== ======================

Spain
Racing de santander – Juventudes Verdiblancas
================================================== ======================

Sweden
AIK (football club) – Firman Boys;Baby Boys;AIK Young Boys
BS BolticGöta/Degerfors IF/Färjestads BK – Värmlandsalliansen
Djurgårdens IF – Djurgårdens Fina Grabbar, Djurgårdens Mindre Grabbar, Djurgårdens Yngsta
IFK Göteborg – Wisemen, Gothenburg Youth Division Youth Crew Gothenburg
IFK Norrköping – Norrköpings Grabbar, Norrköpings Yngre
GAIS – Gärningsmännen, Gais Yngre, Gais Babys
Grabbar, Norrköpings Yngsta
Hammarby IF – Kompisgänget Bajen, Bajen Baby Squad Bajens Yngsta
Helsingborgs IF – Frontline, Hbg Yngre
Kalmar FF – Kalmarfamiljen
Linköpings HC – Cluben Casuals
Malmö FF – Sky Blue Crew
Västerås SK – VSK Casuals
Örebro SK – Örebroderskapet
================================================== ======================

Ukraine
CSKA (Kiev) – WP, Twenty Firm
================================================== ======================

Wales
Cardiff City – Soul Crew
Swansea City – Jack Army
================================================== ======================

TRAGEDI BESAR DALAM STADION (Heysel & Hillsborough)

Tragedi Heysel
Tragedi Heysel terjadi pada tanggal 29 Mei 1985 di mana pada saat itu tengah terjadi pertandingan antara Liverpool dan Juventus di Piala Champions (saat ini Liga Champions). Peristiwa ini merupakan sejarah buram persepak bolaan Inggris pada tahun itu, karena saat itu klub-klub Inggris sedang jaya-jayanya. Karena peristiwa ini pula tim-tim dari Inggris dilarang bermain di tingkat internasional selama 5 tahun lamanya. Peristiwa ini bermula dari fans masing-masing klub yang saling mengejek dan melecehkan. Lalu tiba-tiba sekitar satu jam sebelum kick off kelompok hooligan Liverpool menerobos pembatas masuk ke wilayah tifosi Juventus. Tidak terjadi perlawanan karena yang berada di bagian tersebut bukanlah kelompok Ultras. Pendukung Juventus pun berusaha menjauh namun kemudian sebuah tragedi terjadi. Dinding pembatas di sektor tersebut roboh karena tidak kuasa menahan beban dari orang-orang yang terus beruhasa merangsek dan melompati pagar. Ratusan orang tertimpa dinding yang berjatuhan. Akibat peristiwa ini sebanyak 39 orang meninggal dunia dan 600 lebih lainnya luka-luka.
Meskipun terjadi peristiwa yang mengenaskan dengan jumlah korban yang begitu besar, panitia memutuskan untuk terus melanjutkan pertandingan. Kick off dilakukan setelah kapten kedua kesebelasan meminta penonton untuk tenang. Alasan lain adalah untuk meredam atmosfer kerusuhan yang mulai menyebar. Tifosi Ultras Juventus di bagian lain stadion sempat akan melakukan pembalasan. Mereka mencoba untuk bergerak ke arah pendukung Liverpool namun berhasil dicegah satuan keamanan. Dengan dimulainya pertandingan maka suasana bisa mulai dikendalikan. Pertandingan itu sendiri dimenangi Juventus dengan hasil akhir 1 - 0.Michel Platini mencetak gol semata wayang Juventus dari titik penalti setelah Zbigniew Boniek dilanggar oleh pemain Liverpool.

Tragedi Hillsborough
Tragedi Hillsborough adalah tragedi yang mengakibatkan kematian para penonton sepak bola karena saling berjejalan pada tanggal 15 April 1989 di Hillsborough, yang menjadi kandang dari Sheffield Wednesday di kota Sheffield, Inggris. Peristiwa tersebut mengakibatkan 96 orang meninggal dunia yang semuanya adalah pendukung Liverpool F.C.). Jumlah korban meninggal tersebut tercatat sebagai jumlah tertinggi dalam kecelakaan di stadium dalam sejarah Britania Raya dan tetap menjadi rekor tragedi terbesar yang berhubungan dengan stadion sepak bola di Britania Raya.
Pada saat itu adalah pertandingan semi final Piala FA yang mempertemukan Liverpool dan Nottingham Forest. Tragedi Hillsborough adalah peristiwa kerusuhan fans di stadion kedua yang melibatkan Liverpool F.C., setelah Tragedi Heyselpada 1985